SEJARAH

Selayang Pandang
Masjid Raya Sabilillah

Ketika terjadi pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, setiap pejuang yang mencintai kemerdekaan Indonesia ikut mengangkat senjata dalam mengusir tentang Sekutu. Dari kota Malang tiada sedikit para pejuang yang berani meninggalkan kotanya guna ikut bergabung bersama para pejuang lainnya.
Pada minggu ke empat di bulan November, pasukan-pasukan yang tergabung dalam barisan Hizbullah dan barisan Sabilillah mengalir ke medan pertempuran di Surabaya. Barisan Hizbullah dan Sabilillah itu bertempur di bawah komando Imam Sudja’i. Dan di antara mereka tidak sedikit yang gugur sebagai kusuma bangsa di daerah pertempuran, mulai dari Wonokromo, Waru, Buduran dan tempat-tempat lainnya.
Pada masa revolusi kemerdekaan peranan pemuda-pemuda Islam dan para ulamanya bagi perjuangan bangsa Indonesia tidaklah kecil artinya. Barisan Hizbullah menghimpun kekuatan pemuda-pemuda Islam yang tersebar dimana-mana. Sedang barisan Sabilillah menghimpun para santri dan ulama untuk saling bahu membahu dalam satu kekuatan guna mengusir penjajah. KH. Zainul Arifin, Panglima Hizbullah, dan KH. Masykur, Panglima Sabilillah, juga para pejuang ulama lainnya, telah ikut menyumbangkan darma-baktinya dalam mengisi sejarah perjuangan bangsa.

Sebagai kenangan bagi ulama Islam yang berjiwa patriotik, maka Masjid Raya ini dibangun untuk dijadikan kenangan atas pengorbanan mereka. Selain dimaksudkan sebagai rumah ibadah, Masjid Raya ini dimaksudkan sebagai:

maka Masjid Raya ini diberi nama Sabilillah.

Tahap pembangunan Masjid Raya Sabilillah

Sejak awal tahun 1968 sudah ada keinginan untuk membuat masjid yang lebih besar. Sebab masjid lama yang sudah berdiri sejak lama tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan jama’ah yang kian bertambah dari hari ke hari.

Pada bulan Juli 1968 terbentuklah Panitia Pembangunan Masjid Blimbing di Kotamadya Malang atas petunjuk KH. Nakhrawi Thohir, yang kini telah meninggal dunia.

Usaha pengumpulan dana mulai dijalankan. Peletakan batu pertama dilakukan lebih dari sekali. Dan pada pertengahan tahun 1974 ikhtiar pembangunan masjid ini belum juga memperoleh kemajuan. Malahan dalam waktu yang cukup lama pembangunan masjid ini mengalami kemacetan.

Sejak awal tahun 1968 sudah ada keinginan untuk membuat masjid yang lebih besar. Sebab masjid lama yang sudah berdiri sejak lama tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan jama’ah yang kian bertambah dari hari ke hari.

Pada bulan Juli 1968 terbentuklah Panitia Pembangunan Masjid Blimbing di Kotamadya Malang atas petunjuk KH. Nakhrawi Thohir, yang kini telah meninggal dunia.

Usaha pengumpulan dana mulai dijalankan. Peletakan batu pertama dilakukan lebih dari sekali. Dan pada pertengahan tahun 1974 ikhtiar pembangunan masjid ini belum juga memperoleh kemajuan. Malahan dalam waktu yang cukup lama pembangunan masjid ini mengalami kemacetan.

ARTI & MAKNA

Arti dan Makna Konstruksi Masjid Raya Sabilillah

  • Pilar

    Jumlah seluruh pilar di seluruh masjid sebanyak 17 buah, ini melambangkan tanggal 17.

  • Tinggi & Lebar

    Mulai dari lantai sampai ke atap tingginya 8 meter, ini melambangkan bulan ke-8 atau bulan Agustus.
    Tinggi menara yang 45 meter, ini melambangkan tahun perjuangan bangsa Indonesia yakni tahun 1945.

  • Jarak Pilar

    Antara pilar yang satu dengan lainnya berjarak 5 meter, ini memiliki makna Pancasila dan Rukun Islam yang jumlah masing-masing adalah lima.

  • Segi Enam

    Segi 6 pada bangunan menara melambangkan Rukun Iman pada Agama Islam.

  • Garis Tengah

    Garis tengah bangunan kubah yang panjangnya 20 meter itu melambangkan sifat-sifat Tuhan yang dua puluh.

  • Sembilan Pilar

    Di dalam masjid terdapat 9 pilar memiliki arti kepada perjuangan para Wali Songo yang menegakkan agama Islam di Pulau Jawa.

Data fisik bangunan Masjid Raya Sabilillah

Luas tanah 8.100 m2. Kompkeks Masjid Raya Sabilillah terdiri dari atas tiga bangunan:

  • (1) Bangunan Induk Masjid
  • (2) Bangunan Menara, dan
  • (3) Bangunan Pelengkap yang terdiri dari ruang kantor, tempat wudlu, dan ruangan sekolah.

Bangunan induk masjid yang terdiri dua lantai berukuran 1.800 m2. Bangunan lantai pertama seluas 1.600 m2 dan lantai dua seluas 650 m2. Di atas bangunan ini terdapat kubah (atap melengkung yang merupakan setengah bulatan) bergaris tengah 20 m. Semua bangunan induk masjid ini berkonstruksi beton.

Di sebelah kanan bangunan induk masjid terdapat menara setinggi 45 meter. Angka ini mengingatkan tahun perjuangan kemerdekaan negara Republik Indonesia. Bangunan menara ini bergaris tengah 3 m.

Sedang bangunan pelengkap yang luasnya 800 m2 juga terdiri dua lantai. Pada lantai pertama terdapat kantor ta’mir, perpustakaan masjid, tempat wudlu dan ruang sekolah TK Islam Sabilillah. Sedang pada lantai kedua sekarang digunakan ruang sekolah SD Islam Sabilillah.